Senin, 03 Februari 2014

Tak Akan Hidup Tanpa Perjalanan Berliku


Zahrana kirana,
Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh
Baik ukhti, kali ini saya ingin sekali bercerita tentang perjalanan saya yang sulit (lebay) namun bisa sampai disini, semester tujuh , bagi saya cerita ini sungguh luarbiasa hebatnya (lebay lagi) karena telah memberikan cambuk semangat dalam meraih cita- cita dan Ridho-Nya, sometimes iman dan tekad saya untuk menjadi orang yang lebih baik sering naik turun seperti signal modem saya ini *looh*  
Sebut saja zahrana, gadis desa yang mencoba merantau mengarungi hidup demi cita-cita dan ingin mengangkat kehormatan orangtua yang hanya sebagai seorang petani. Meskipun orangtua zahrana adalah seorang petani dan tidak mengenyam pendidikan yang tinggi seperti orangtua teman-teman zahrana lainnya, namun dirinya bangga dengan kedua orangtuanya yang sangat peduli dengan pendidikan anaknya terutama zahrana sebagai anak ke empat dari lima bersaudara. Bahkan orangtua zahrana sudah berhasil membiayai ketiga kakak zahrana sampai kuliah dan sekarang zahrana bisa melanjutkan kuliah meskipun dulunya dilarang oleh pamannya agar tidak kuliah di pulau Jawa dan memintanya  untuk menjadi pengurus PAUD serta pondok pesantren pamannya, tempat zahrana dibesarkan dan dididik ilmu agama.
Namun, zahrana gadis keras kepala yang tidak ingin menjadi salah satu gadis yang akan menikah muda, zahrana punya mimpi untuk melanjutkan kuliah dan keluar dari desanya demi cita-cita dan pengalaman yang dia mimpikan, Alhamdulillah orangtua zahrana mendukung meskipun pada awalnya ibu zahrana tidak mengizinkan zahrana untuk pergi ke pulau Jawa menuntut ilmu disana dan jauh dari orangtuanya.
Juli 2010
Tahun 2010, setelah dinyatakan tidak diterima tes SNMPTN UNILA zahrana diizinkan oleh orangtuanya melanjutkan kuliah di pulau Jawa menyusul kakak laki-lakinya yang belum lulus juga sampai sekarang.
Seorang diri zahrana pergi ke kota pelajar tanpa diantar oleh orangtuanya, entah apa yang ada dibenak zahrana waktu itu sehingga dia begitu nekat dan berani meninggalkan rumahnya seorang diri, padahal zahrana belum pernah pergi jauh meninggalkan rumah bahkan sampai menyebrangi pulau seorang diri.
Kurang lebih Sehari semalam perjalanan dari lampung ujung pulau Sumatra dengan jarak bermil-mil antara pulau Jawa dan Sumatra dan jarak tersebut yang akan memisahkan zahrana dengan masalalu, kisah cintanya, kisah dengan teman-teman pondoknya, keluarganya dan akan membuat zahrana merasa bersalah karena menolak untuk menjadi seorang hafidzah, meninggalkan tanggung jawab pondok, PAUD yang saat itu tengah dibangun.
Zahrana tak sedikitpun gentar dengan tekadnya, bahkan dia berjanji akan menjalani hidup yang lebih baik di seberang, akan membuat orangtua bangga dan menjadi orang yang sukses nantinya.
Sesampainya zahrana di Kota Magelang, Muntilan di rumah mertua kakaknya yang sekarang telah menjadi orang Magelang karena kakaknya menikah dengan orang asli Magelang.
Sesampainya di TPR Muntilan zahrana turun dari bus dengan satu koper kecil berisi baju seadanya. Tanpa dijemput pula, akhirnya zahrana memutuskan naik ojek dan menuju alamat yang sudah dikirim lewat SMS oleh kakaknya yang pada saat itu sedang bekerja dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya untuk menjemput zahrana, “kasian sekali dia”, wajah kecewa berusaha dia tutupi karena merasa tidak disambut  kedatangannya.
aah sudahlah untuk apa mengharap orang lain membantu kita, kalau memang tidak bisa dimintai bantuan, at least saya masih bisa berjalan, saya punya tangan untuk melakukan banyak hal, saya punya mulut untuk bertanya, kalau seandainya saya kesasar”
Zahrana yang sabaaar, lirih zahrana pada dirinya sendiri.
Selang sehari setelah sampai di negeri seberang, zahrana meminta kakaknya untuk mengantarkannya mendaftar ke kampus yang zahrana inginkan sesuai dengan jurusan yang zahrana pula inginkan.
Pagi sekali zahrana dijemput oleh kakaknya. Zahrana tidak berkata apapun kepada kakaknya, bahkan kakaknya malah menunjukan muka kecewanya mengapa zahrana, adiknya harus melanjutkan kuliah bersama dia?
“ngopo kok ndadak rene ki?” Tanya kakaknya ketus,
Dan zahrana hanya diam dan rasanya ingin menangis tidak bisa menjawab pertanyaan kakaknya tadi
Bagaimanapun zahrana punya keinginan kak, seperti kakak – kakak disini. Saya sendirian kak dirumah, saya merasa durhaka kak kalau tidak pergi meninggalkan orangtua dirumah, saya sering membantah, tidak ikhlas, karena apa- apa saya kak yang disuruh, ya termasuk mentransfer uang kalian setiap bulannya kak, saya capek kak, saya juga pengen bebas, pengen melihat dunia luar itu gimana, saya pengen punya pengalaman yang bisa merubah pola pikir saya dan orangtua dirumah kak, saya ingin lebih baik kak,
Zahrana hanya bisa berkata dalam hati, dia tak sanggup berkata yang sesungguhnya, karena sebenarnya kepergian dia juga pun karena pelarian diri atas beban hidup yang tengah dia rasakan. *sambil mbrebes ini nulisnya*
Setelah beberapa kampus telah dimasuki dan meminta brosur dan mendaftar ke dua kampus, akhirnya zahrana dengan mudah diterima tanpa test di universitas pilihan zahrana sendiri yaitu Universitas Ahmad Dahlan, meskipun dia juga mengikuti tes gelombang tiga di salah satu universitas negeri yang akhirnya juga tidak lolos L *failed
“Yaah, ini sudah jalanku di UAD, jalani syukuri, semoga sukses!”
Angin sepoi, membelai jilbab yang dikenankan oleh zahrana ketika diperjalanan dari kota pelajar (Yogya) menuju kota gemilang (Magelang) yang teduh dan romantis dibonceng seorang kakak laki-laki ganteng membuat zahrana semakin percaya diri, dia bisa menjadi orang yang dibanggakan oleh orangtuanya kelak, entah mengapa tapi begitulah perasaan zahrana pada saat itu.
“pokokmen kudu semangat demi orangtua, aku kudu iso”!!! Ganbate!
Melewati jalanan yang keras, panas dan semua beraspal yang berbeda jauh dengan jalan yang ada didesa meskipun sudah beraspal namun banyak lubangnya,
 “aaah inikan kota??” yang dilewati motor, mobil dan  jarang yang menggunakan sepeda meski Yogyakarta terkenal dengan sepeda ontelnya.
Berhentilah zahrana di lampu merah jalan Magelang saat itu, banyak pertunjukan yang disuguhkan dan zahrana menikmati indahnya alunan musik tradisional keroncong oleh beberapa kelompok pengamen kelas atas menurutnya, karena mereka bernyanyi dan diiringi musik yang indah dan bagus didengarkan, zahrana makin jatuh cinta dengan Yogyakarta. “Jogjaaaaa”
Kabar tentang zahrana pun tak lupa selalu disampaikan kepada orangtua zahrana yang juga menunggu kabar zahrana dinegeri seberang, apakah zahrana baik- baik saja?
Iya, menurutnya zahrana sangat baik bahkan betah tinggal di Magelang, karena belum tinggal di Yogyakarta waktu itu.
Singkat cerita
Waktu terus berlalu, semua kejadian yang telah lalu hanya akan menjadi kenangan dan masalalu yang akan menjadi pijakan dan pengalaman bagi siapapun yang mengalami kejadian apapun dalam hidupnya, dari mulai hidup zahrana yang benar- benar nol besar, zahrana gadis yang tidak mengerti apa-apa soal hidup, zahrana mandiri namun pengalaman hidup, cinta dan bergaul tidak banyak zahrana tahu. Dari mulai menjadi anak ingusan alim, kalem, rajin zahrana pernah mengalaminya, zahrana juga pernah ditipu cinta yang membuat dia semakin percaya dan yakin untuk tidak berpacaran atau menjalin hubungan dengan laki-laki yang bukan mahromnya, zahrana menjadi gadis yang terkenal alim meskipun zahrana menganggap dirinya gadis biasa saja, hanya saja pakaian zahrana yang sudah menutup aurot dan bahkan bisa dibilang mbak-mbak jilbaber, baginya itu hanya image kalau masalah iman dan ketakwaan hanya Allah yang bisa menilai lalu manusia hanya bisa berprasangka.
Sampai pada akhirnya zahrana menyibukan diri dengan mengikuti organisasi yang ada dikampusnya, merasa nyaman di tempat itu, bahkan zahrana mulai merajut mimpi-mimpinya menjadi seorang guru yang tidak hanya bisa mengajar namun mendidik, zahrana banyak belajar dari jatuh bangun pengalaman hidupnya sendiri maupun oranglain.
Tujuh semester telah zahrana lewati, dengan begitu banyak lika-liku hidup yang dihadapinya, banyak masalah yang mendewasaknnya, hingga akhirnya zahrana mengerti semuanya akan kembali padaNya, zahrana ini bukan siapa-siapa, “ayo zahrana bisa menjadi wanita sholehah, dan membanggakan orangtua, agama dan bangsa”.
Soal Rindu
Rasa rindu yang zahrana rasakan kepada orangtuanya semakin menjadi ketika setahun ini zahrana belum pulang kekampung halaman, rasa rindu menjadi sebuah pelecut untuk semangat segera lulus dan bisa mengabdi lagi kepada orangtua, bangsa, agama dan suaminya kelak.
Zahrana semangat, hari ini dilarang Galau
Sekian cerita ini ditulis dengan semangat yang membara setelah seharian hanya tidur di kasur baru dan kosan baru, namun cerita diatas hanya fiktif belaka (bisa jadi tidak) hanya ingin mensyukuri nikmat 10 jari yang diberi, semoga terus semangat untuk menulis ya ukhti *nunjuk diri sendiri*
Wassalamualaikum




Sabtu, 01 Februari 2014

Teruslah Bermimpi

Apa yang kau takutkan
Dengan semua ini
Bukankah kesedihan
Sering kita alami
Keadaan ini
Buat kita terbiasa
Dengarkan ku bicara
Teruslah bermimpi
Walau kenyataannya jauh berbeda
Teruslah bermimpi
Jangan berhenti
*


Percayalah
Lelah ini hanya sebentar saja
Jangan menyerah
Walaupun tak mudah meraihnya
Menghentikan pikiran dengan mata terpejam
Menunggu malam bisa hapus kenyataan
Biar saja mimpi jauh membawa kita
Lirik lagu *
**
Tetap tersenyumlah
Biar semakin mudah
Karena kesedihan pun
Ternyata hanya sementara

PAS BAND ~ KESEPIAN

Lirik lagu ini bikin jleb jleb banget yaaa, lagi menyukai ini dengan sangat :)
Ingatkah kawan kita pernah saling memimpikan?
Berlari-lari ‘tuk wujudkan kenyataan
Lewati, segala keterasingan 
Lalui jalan sempit yang tak pernah bertuan
Ingatkah kawan kita pernah berpeluh cacian 
Digerayangi dan digeliati kesepian 
Walaupun, sejenak nafas dari beban 
‘Tuk lewati ruang gelap yang teramat dalam
[Reff] 
Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan
Memaksa kita, memendam kepedihan
Tapi kita juga pernah duduk bermahkota 
Pucuk-pucuk mimpi yang berubah jadi nyata 
Dicumbui, harumnya putik-putik bunga 
Putik Impian yang membawa kita lupa
[Reff] 
~Hidup ini, hanya kepingan, yang terasing dilautan 
Memaksa kita, merubah jadi tawa