Zahrana kirana,
Assalamualaikum
warohmatullohi wabarokatuh
Baik
ukhti, kali ini saya ingin sekali bercerita tentang perjalanan saya yang sulit (lebay)
namun bisa sampai disini, semester tujuh , bagi saya cerita ini sungguh
luarbiasa hebatnya (lebay lagi) karena telah memberikan cambuk semangat dalam meraih
cita- cita dan Ridho-Nya, sometimes
iman dan tekad saya untuk menjadi orang yang lebih baik sering naik turun
seperti signal modem saya ini *looh*
Sebut
saja zahrana, gadis desa yang mencoba merantau mengarungi hidup demi cita-cita
dan ingin mengangkat kehormatan orangtua yang hanya sebagai seorang petani.
Meskipun orangtua zahrana adalah seorang petani dan tidak mengenyam pendidikan
yang tinggi seperti orangtua teman-teman zahrana lainnya, namun dirinya bangga
dengan kedua orangtuanya yang sangat peduli dengan pendidikan anaknya terutama
zahrana sebagai anak ke empat dari lima bersaudara. Bahkan orangtua zahrana
sudah berhasil membiayai ketiga kakak zahrana sampai kuliah dan sekarang zahrana
bisa melanjutkan kuliah meskipun dulunya dilarang oleh pamannya agar tidak
kuliah di pulau Jawa dan memintanya untuk menjadi pengurus PAUD serta pondok
pesantren pamannya, tempat zahrana dibesarkan dan dididik ilmu agama.
Namun,
zahrana gadis keras kepala yang tidak ingin menjadi salah satu gadis yang akan
menikah muda, zahrana punya mimpi untuk melanjutkan kuliah dan keluar dari
desanya demi cita-cita dan pengalaman yang dia mimpikan, Alhamdulillah orangtua
zahrana mendukung meskipun pada awalnya ibu zahrana tidak mengizinkan zahrana
untuk pergi ke pulau Jawa menuntut ilmu disana dan jauh dari orangtuanya.
Juli 2010
Tahun
2010, setelah dinyatakan tidak diterima tes SNMPTN UNILA zahrana diizinkan oleh
orangtuanya melanjutkan kuliah di pulau Jawa menyusul kakak laki-lakinya yang
belum lulus juga sampai sekarang.
Seorang
diri zahrana pergi ke kota pelajar tanpa diantar oleh orangtuanya, entah apa
yang ada dibenak zahrana waktu itu sehingga dia begitu nekat dan berani meninggalkan
rumahnya seorang diri, padahal zahrana belum pernah pergi jauh meninggalkan
rumah bahkan sampai menyebrangi pulau seorang diri.
Kurang
lebih Sehari semalam perjalanan dari lampung ujung pulau Sumatra dengan jarak
bermil-mil antara pulau Jawa dan Sumatra dan jarak tersebut yang akan
memisahkan zahrana dengan masalalu, kisah cintanya, kisah dengan teman-teman
pondoknya, keluarganya dan akan membuat zahrana merasa bersalah karena menolak
untuk menjadi seorang hafidzah, meninggalkan tanggung jawab pondok, PAUD yang
saat itu tengah dibangun.
Zahrana
tak sedikitpun gentar dengan tekadnya, bahkan dia berjanji akan menjalani hidup
yang lebih baik di seberang, akan membuat orangtua bangga dan menjadi orang
yang sukses nantinya.
Sesampainya
zahrana di Kota Magelang, Muntilan di rumah mertua kakaknya yang sekarang telah
menjadi orang Magelang karena kakaknya menikah dengan orang asli Magelang.
Sesampainya
di TPR Muntilan zahrana turun dari bus dengan satu koper kecil berisi baju
seadanya. Tanpa dijemput pula, akhirnya zahrana memutuskan naik ojek dan menuju
alamat yang sudah dikirim lewat SMS oleh kakaknya yang pada saat itu sedang
bekerja dan tidak bisa meninggalkan pekerjaannya untuk menjemput zahrana,
“kasian sekali dia”, wajah kecewa berusaha dia tutupi karena merasa tidak
disambut kedatangannya.
“aah sudahlah untuk apa mengharap orang lain
membantu kita, kalau memang tidak bisa dimintai bantuan, at least saya masih
bisa berjalan, saya punya tangan untuk melakukan banyak hal, saya punya mulut
untuk bertanya, kalau seandainya saya kesasar”
Zahrana yang sabaaar,
lirih
zahrana pada dirinya sendiri.
Selang
sehari setelah sampai di negeri seberang, zahrana meminta kakaknya untuk
mengantarkannya mendaftar ke kampus yang zahrana inginkan sesuai dengan jurusan
yang zahrana pula inginkan.
Pagi
sekali zahrana dijemput oleh kakaknya. Zahrana tidak berkata apapun kepada
kakaknya, bahkan kakaknya malah menunjukan muka kecewanya mengapa zahrana,
adiknya harus melanjutkan kuliah bersama dia?
“ngopo
kok ndadak rene ki?” Tanya kakaknya ketus,
Dan
zahrana hanya diam dan rasanya ingin menangis tidak bisa menjawab pertanyaan
kakaknya tadi
“Bagaimanapun zahrana punya keinginan kak,
seperti kakak – kakak disini. Saya sendirian kak dirumah, saya merasa durhaka
kak kalau tidak pergi meninggalkan orangtua dirumah, saya sering membantah,
tidak ikhlas, karena apa- apa saya kak yang disuruh, ya termasuk mentransfer
uang kalian setiap bulannya kak, saya capek kak, saya juga pengen bebas, pengen
melihat dunia luar itu gimana, saya pengen punya pengalaman yang bisa merubah
pola pikir saya dan orangtua dirumah kak, saya ingin lebih baik kak,
Zahrana
hanya bisa berkata dalam hati, dia tak sanggup berkata yang sesungguhnya,
karena sebenarnya kepergian dia juga pun karena pelarian diri atas beban hidup
yang tengah dia rasakan. *sambil mbrebes ini nulisnya*
Setelah
beberapa kampus telah dimasuki dan meminta brosur dan mendaftar ke dua kampus,
akhirnya zahrana dengan mudah diterima tanpa test di universitas pilihan
zahrana sendiri yaitu Universitas Ahmad Dahlan, meskipun dia juga mengikuti tes
gelombang tiga di salah satu universitas negeri yang akhirnya juga tidak lolos L *failed
“Yaah,
ini sudah jalanku di UAD, jalani syukuri, semoga sukses!”
Angin
sepoi, membelai jilbab yang dikenankan oleh zahrana ketika diperjalanan dari
kota pelajar (Yogya) menuju kota gemilang (Magelang) yang teduh dan romantis
dibonceng seorang kakak laki-laki ganteng membuat zahrana semakin percaya diri,
dia bisa menjadi orang yang dibanggakan oleh orangtuanya kelak, entah mengapa
tapi begitulah perasaan zahrana pada saat itu.
“pokokmen
kudu semangat demi orangtua, aku kudu iso”!!! Ganbate!
Melewati
jalanan yang keras, panas dan semua beraspal yang berbeda jauh dengan jalan
yang ada didesa meskipun sudah beraspal namun banyak lubangnya,
“aaah inikan kota??” yang dilewati motor,
mobil dan jarang yang menggunakan sepeda
meski Yogyakarta terkenal dengan sepeda ontelnya.
Berhentilah
zahrana di lampu merah jalan Magelang saat itu, banyak pertunjukan yang
disuguhkan dan zahrana menikmati indahnya alunan musik tradisional keroncong
oleh beberapa kelompok pengamen kelas atas menurutnya, karena mereka bernyanyi dan
diiringi musik yang indah dan bagus didengarkan, zahrana makin jatuh cinta
dengan Yogyakarta. “Jogjaaaaa”
Kabar
tentang zahrana pun tak lupa selalu disampaikan kepada orangtua zahrana yang
juga menunggu kabar zahrana dinegeri seberang, apakah zahrana baik- baik saja?
Iya,
menurutnya zahrana sangat baik bahkan betah tinggal di Magelang, karena belum
tinggal di Yogyakarta waktu itu.
Singkat cerita
Waktu
terus berlalu, semua kejadian yang telah lalu hanya akan menjadi kenangan dan
masalalu yang akan menjadi pijakan dan pengalaman bagi siapapun yang mengalami
kejadian apapun dalam hidupnya, dari mulai hidup zahrana yang benar- benar nol
besar, zahrana gadis yang tidak mengerti apa-apa soal hidup, zahrana mandiri
namun pengalaman hidup, cinta dan bergaul tidak banyak zahrana tahu. Dari mulai
menjadi anak ingusan alim, kalem, rajin zahrana pernah mengalaminya, zahrana
juga pernah ditipu cinta yang membuat dia semakin percaya dan yakin untuk tidak
berpacaran atau menjalin hubungan dengan laki-laki yang bukan mahromnya,
zahrana menjadi gadis yang terkenal alim meskipun zahrana menganggap dirinya
gadis biasa saja, hanya saja pakaian zahrana yang sudah menutup aurot dan
bahkan bisa dibilang mbak-mbak jilbaber, baginya itu hanya image kalau masalah
iman dan ketakwaan hanya Allah yang bisa menilai lalu manusia hanya bisa berprasangka.
Sampai
pada akhirnya zahrana menyibukan diri dengan mengikuti organisasi yang ada dikampusnya,
merasa nyaman di tempat itu, bahkan zahrana mulai merajut mimpi-mimpinya
menjadi seorang guru yang tidak hanya bisa mengajar namun mendidik, zahrana
banyak belajar dari jatuh bangun pengalaman hidupnya sendiri maupun oranglain.
Tujuh
semester telah zahrana lewati, dengan begitu banyak lika-liku hidup yang
dihadapinya, banyak masalah yang mendewasaknnya, hingga akhirnya zahrana
mengerti semuanya akan kembali padaNya, zahrana ini bukan siapa-siapa, “ayo
zahrana bisa menjadi wanita sholehah, dan membanggakan orangtua, agama dan
bangsa”.
Soal Rindu
Rasa
rindu yang zahrana rasakan kepada orangtuanya semakin menjadi ketika setahun
ini zahrana belum pulang kekampung halaman, rasa rindu menjadi sebuah pelecut
untuk semangat segera lulus dan bisa mengabdi lagi kepada orangtua, bangsa,
agama dan suaminya kelak.
Zahrana
semangat, hari ini dilarang Galau
Sekian
cerita ini ditulis dengan semangat yang membara setelah seharian hanya tidur di
kasur baru dan kosan baru, namun cerita diatas hanya fiktif belaka (bisa jadi
tidak) hanya ingin mensyukuri nikmat 10 jari yang diberi, semoga terus semangat
untuk menulis ya ukhti *nunjuk diri sendiri*
Wassalamualaikum