Adalah
sebuah pengalaman berharga untuk hari ini, yang pada akhirnya dan tidak secara
sengaja aku menemukan pemandangan yang membuat hati ini tersayat- sayat dan betapa
hati ini ingin menggerakkan raga menjadi seorang pendidik yang mendidik ketika
melihat sekelumit potret ironi pendidikan yang ada di Indonesia.
Semuanya
tak bisa dipersalahkan, dan bukan pula salah bunda mengandung, semuanya memang
berjalan sesuai sekenario-Nya, termasuk keadaan yang seperti ini, dimana
keadaan suatu sekolah bernama “Elit”, namun tak ku sangka didalam sekolah
tersebut hanya dihuni 7 siswa serta beberapa pengajar dan stafnya.
Awalnya,
aku tak percaya bahwa keadaan ini, yaitu 3 ruang kelas yang tengah ku lewati sebelum menuju ruangan kantor guru
sebuah gedung sekolah X adalah dua ruangan diantaranya kelas satu dan dua SMA
yang hanya berjumlah 7 siswa. Betapa sakit hati ini, ketika melihat keadaan
anak didik kita yang belajar dengan semangat yang bukan lagi membara, betapa
sedihnya mereka ketika keadaan yang membenarkan mereka bersekolah digedung
tersebut hanya karena tidak mampu untuk membayar gedung sekolah yang lebih
layak.
Dan
sungguh tragisnya, mengapa gedung sekolah tersebut tetap kokoh namun seperti
bangunan yang tak patut dihuni masih dipergunakan untuk menuntut ilmu, dan entah
apa yang akan mereka dapatkan setelah lulus dari sekolah tersebut. Yang aku
tahu dan aku lihat setelah melewati dua ruangan kelas tersebut, mereka hanya
duduk dengan kepala tertidur diatas meja dan mendengarkan guru berceramah
didepan barisan tempat duduk yang hanya berjarak kira- kira 30 centi meter.
Entahlah,
mungkin mereka hanya mendengarkan penjelasan guru sekenanya. Yang pasti tak ada
keributan dan suara ceria disana. Aku hanya mendengar suara guru berceloteh dan memastikan beberapa siswa
tersebut apakah sudah mengerti atau belum dengan penjelasannya, dan selebih
dari perhatianku tertuju pada keadaan gedung yang kokoh namun tak layak untuk
dihuni, kumuh, usang, berdebu, gorden yang robek seperti bekas gigitan tikus
penghuni gedung tersebut.
Beberapa
asumsi mencoba memenuhi otakku yang selama ini tidak terfikirkan oleh apa yang
tengah kulihat tadi, ini benar- benar terjadi jelas di mana Kota yang berhati
nyaman, terkenal dengan slogan Kota pelajar dan memiliki kualitas pendidikan
yang baik diseluruh Indonesia, namun masih ada pemandangan sekolah dengan 7
orang siswa ditengah kota metropolitan dan berhati nyaman tersebut.
Tetapi,
jika kita mencoba membuka mata selebar- lebarnya, dan menyaksikan fakta yang
ada ditengah kota, di gang sempit, dengan jalan sepi dan sedang dalam renovasi
ini, terdapat gedung sekolah yang tak layak untuk dijadikan sekolah, namun
mereka yang ingin tetap melanjutkan sekolah berjuang di gedung tersebut dengan
keadaan yang semestinya, dan mereka hanya menerima takdir itu, entah! Aku hanya
menebak karena faktor biayalah yang menghendaki mereka melanjutkan pendidikan
disekolah tersebut.
Sebagai
seorang yang menginginkan menjadi pendidik sejati, yang tidak hanya peduli
dengan pelajaran siswanya dikelas, yang punya keinginan besar untuk mencerdaskan
anak bangsa, ingin membuat anak Indonesia menjadi terdidik bukan hanya
intellectual tetapi moralnya juga. Melihat keadaan salah satu SMA X yang sempat
kukunjungi kemarin, merupakan pelajaran berharga bagiku dan sangat merasakan
betapa Pendidikan di Indonesia butuh perhatian yang lebih lagi.
Di
sisi lain, aku merasa betapa mulianya guru- guru yang masih setia berjuang
mengelola sekolah X tersebut, hanya memperjuangkan 7 orang siswa, yang entah
juga bagaimana mereka mencukupi kebutuhan hidup dan anak- anak mereka, entahlah
aku hanya bertanya, mungkin saja tak akan ada jawaban dari pertanyaanku ini,
aku hanya berharap semoga mereka, Guru- guruku yang kulihat tadi yang salah satunyanya
ada seorang guru yang mengidap penyakit gondok dilehernya, semoga mereka
mendapatkan kebahagiaan didunia dan akhirat serta mendapat balasan dari Yang
Maha Kuasa atas perjuangan mencerdaskan anak bangsa. Kebahagiaan mereka jelas
pada apa yang sudah mereka perjuangkan untuk anak didiknya, dan melihat anak
didiknya berhasil merupakan kebahagiaan tanpa batas bagiku, semoga bagi mereka
juga.
Mari,
calon pendidik bangsa, penerus bangsa, tunjukan bahwa kita peduli dengan masa
depan bangsa, tunjukan bahwa kita bagian dari negara ini, bukan hanya mencari
pendidikan karena mengikuti zaman yang serba gengsi ketinggian, bukan hanya mendapatkan
pendidikan demi gelar S. Pd atau gelar lainnya sementara sebagian kawan- kawan
kita, adik- adik kita nyaris kehilangan masa depan mereka karena buruknya system,
kehilangan masa depan karena biaya yang tidak mampu mereka keluarkan demi
pendidikan yang layak. Untuk Indonesiaku tercinta semoga kau tak malang karena
pendidikan ini.
Terimakasih
karena telah menyayat hatiku, terimakasih telah membangkitkan semangatku untuk mendidik wajah-
wajah unyu, tak berdosa seperti mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar