Sabtu, 07 September 2013

Bahagia Itu Sederhana

Ya.. bahagia itu sesederhana mata yang tengah menjatuhkan pandangannya pada ciptaan-Nya yang Luarbiasa, lalu masih bisa bersyukur Alhamdulillah.

Kebahagiaanku sederhana saja sore ini masih bisa bertemu senja dan melewati jembatan layang (read: lempuyangan) Jogjakarta itu sudah lebih dari cukup untuk menyempurnakan semua nikmat yang Allah berikan. Terimakasih Jogja, kau memberiku inspirasi yang sempurna.

Kali ini, entah yang keberapa aku menyusuri kota Jogja sendirian , memilih melewati jalan yang tidak biasanya aku lewati ketika pulang, yaa meskipun aku tahu dimana jalan yang benar untuk kembali pulang. 

dan jalanan sore yang menderu seakan menjadi refleksi perjalanan hidup yang tengah aku jalani, yaitu aku yang tengah menjalani aku sebagai manusia, aku seorang wanita berusia 21 tahun, seorang muslimah, seorang calon guru, seorang anak keempat dari 5 bersaudara , dan seorang yang merindukan surga.

"Tapi apa?"
Jalan yang ku lalui saat ini jauh dari jalan "pulang", aku malah memilih jalan yang lebih jauh dari tujuan untuk berpulang, 

padahal aku tahu mana jalan untuk yang benar.
Malangnya, aku masih santai ditengah jalan yang salah, dan sibuk berusaha mencari jalan kebenaran yang tanpa hasil, 

dan ini sudah setengah perjalanan hidup sebelum sangsakala ditiup. 

21 tahun itu relatif tua untuk bermain- main dengan hidup, sudah bukan waktunya lagi. 

Aku adalah seorang aku yang hidup karena Allah swt. Aku yang hidup atas skenario-Nya, tapi aku yang malang karena mengutuki hidupku sendiri didalam tempurung yang terkurung dan sesekali  berfikir tentang ini itu, tanpa ada action. 

Slalu berfikir sok kritis, namun apatis, namun egois. Berfikir selalu bisa dengan ini dan itu layaknya nobita yang memiliki doraemon sipemilik kantong ajaib tapi selalu tidak bisa, karena kurang usaha, selalu putus asa sebelum saatnya, selalu kalah sebelum berperang.

Sadar bahwa  tidak ada yang tidak mungkin di Bumi ini,dan ada Allah yang maha segalanya, tapi bagaimana bisa terjadi dan terwujud semua keinginan kita kalau menghabiskan waktu hanya dengan diam, memohon tanpa beriman, tanpa berusaha, tanpa berbuat? semua hanya omong kosong.

 " Manjadda wa jadda itu nyata" jangan di bantah. Semua proses itu nggak ada yang instan.  

yaaa aku mengaku sedang "down" menjalani peran sebagai aku. Aku sengaja menghilang dari peradaban jalan kebaikan yang jelas terbentang, aku yang sengaja membutakan mataku sendiri  bahkan menyengajakan diri untuk "tidur" dan ingin segera bangun dan melihat surga abadi, dan hanya ada kalimat terkutuk yang membuatku merasa malu untuk meneruskan tidurku, yaitu :

"harapan tanpa usaha itu adalah bohong"

 Entahnya lagi aku tidak tahu mengapa aku melakukan ke"sengaja"an dari kebutaan itu. 



Tuhan... ada apa dengan aku?
Apa ini aku yang benar- benar aku?
Apa ini aku yang tidak tahu siapa aku?


Kenapa harus ada pertanyaan ini itu?
Padahal jawabannya jelas aku sendiri yang tahu. 

Selamat merenung, Selamat memperbaiki hati dan bangkit dari keterpuruakan Khusnul :')  

GOOD LUCK !!!!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar