Selasa, 29 Oktober 2013

Belajar Mencintai Anak-Anak melalui Pendampingan PA Al-Falah

Belajar itu adalah sebuah proses, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang sudah tahu menjadi tahu banget dan akhirnya menjadi faham. Belajar bagi saya tidak hanya cukup sebatas diruangan kelas, sekolah, kuliah atau sering disebut dengan formal education, tapi belajar juga bisa dimana saja, lewat apa saja dan salah satunya adalah belajar lewat kehidupan, yang bukan melulu membaca buku, atau menghitung angka- angka. 

"Siapa yang nggak suka sama anak-anak, mungkin dulunya lahir langsung segede' itu"

Seketika setelah membaca timeline seorang teman di twitter saya langsung berfikir dan merenung sejenak

iya , yaaa? 

Selama ini saya jarang sekali berinteraksi dengan anak-anak karena terlalu fokus di dunia kampus dan bertemu dengan orang-orang dewasa, berfikir dewasa yang terkadang sok kritis, realistis, namun terkadang tidak apa adanya, sehingga saya sempat melupakan bahwa nantinya saya akan punya anak, menjadi seorang Ibu untuk anak- anak saya, jadi tidak ada alasan untuk tidak mencintai mereka dan menganggap mereka seperti anak sendiri.


Namun, saat ini alhamdulillah saya sudah sedikit bisa menyelami dunia mereka melalui panti asuhan Al-falah yang berada di Kotagede, yang kebetulan saya dan beberapa sahabat menjadi kakak pendamping untuk anak- anak panti tersebut. Setiap dua kali dalam seminggu kami datang kepanti tersebut untuk mendampingi mereka belajar, namun tak jarang kita sering datang ke panti  hanya sekedar bermain-main dengan mereka, atau mendampingi mereka ketika ada acara diluar panti, seperti lomba dan sebagainya.  

Betapa bahagia menjadi mereka (anak-anak), mungkin saya dulu pernah merasakan kebahagiaan ketika menjadi anak-anak, tidak memikirkan beban, selalu bahagia, dan tidak memikirkan tugas-tugas seperti sekarang ini, tapi entahlah masa anak- anak hanya terlewatkan begitu saja.

Namun apakah mereka benar- benar bahagia dengan kehadiran kita ?
yang pasti mereka selalu tersenyum, tertawa, dan bercanda ketika kami berada di panti tersebut, yah meski terkadang diantara mereka ada yang berantem, itu wajar sebagai anak-anak. 

Buktinya mereka terlihat sangat bersemangat belajar, sekolah dan ngaji meskipun tanpa ada orangtua yang mendampingi, yang menemani, yang mengasihi mereka.

Walaupun kita tidak pernah tahu bagaimana perasaan dan hati mereka yang sesungguhnya, betapa rindunya mereka dengan orangtua, saudara dan keluarga, tapi mereka disitu seperti sudah saling bersaudara dan barangkali mereka memang sudah bahagia, jadi tidak perlulah kita menanyakan bagaimana yang sesungguhnya, karena hanya akan membuka luka di hati, atau akan membuat mereka bersedih hatinya.

Menurut cerita ustad Edo, pengasuh PA tersebut, mereka tinggal di panti  karena berbagai macam alasan, ada sebagian yang yatim, piatu, dhuafa, atau korban broken home keluarganya, berbagai hal melatarbelakangi mengapa mereka harus tinggal dipanti tersebut. 

Melihat keceriaan dan semangat mereka, membuat saya semakin malu ketika tidak bisa menunjukan wajah ceria atau semangat,  betapa saya tidak bersyukur sudah diberikan nikmat yang jauh lebih banyak dibandingkan mereka, jika saya tidak bisa melakukan apa-apa untuk oranglain, atau melakukan sesuatu untuk diri sendiri betapa saya membutakan mata oleh sebuah hadis 

"hum anfauhum linnaas" sebaik- baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat untuk oranglain

Mereka mengajariku arti hidup yang sesungguhnya, mereka mengajariku tulusnya berbagi dan membantu sesama, mereka mengajariku bagaimana memahami, bagaimana mendengarkan cerita. mereka mengajariku bagaimana memberikan cinta, kasih sayang yang tulus, bukan karena sesuatu sebagai alasan aku mencintai mereka. 

Mereka adik- adikku anak-anakku, mereka hadir untuk membuat hidupku lebih berarti, dan aku sangat mencintai mereka layaknya aku mencintai diriku sendiri dan karena Allahlah yang telah memberikan cinta kepada kita semua :')

Calon Ibu :')









Tidak ada komentar:

Posting Komentar