Sabtu, 15 Maret 2014

Saya yang Telah Membuat dia Berubah? Apa iya?



Dialah laki-laki yang sering saya panggil “boy”
Sudah lama ingin menuliskan ini, namun belum menyempatkan, biasalah orang sibuk itu yaaa gitu deeh, *sibuk tidur dan berimajinasi :P
Siapa dia? “si boy” sedikit yang saya tahu soal dia dan masalalunya, yang pasti saya ikut berperan dalam perubahannya yang kini tengah menjadi perbincangan teman-teman terutama teman sekelas
*emot sesenggukan, mereka bilang ini karena sayaaaa *aaaaaaakkkk 
Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi siapapun yang ingin membaca tulisan ini. Selamat membaca  *emot senyum 5 centi
Siapa yang nggak kenal Ippo santoso? Mas Ippo yang menjadi salah satu pengusaha sukses berkat kerja otak kanannya, sering mengadakan seminar-seminar hebat, namun saya sendiri belum pernah mengikuti seminarnya, kata si Boy sih bagus tapi yaa mahal banget pendaftarannya.
Dulu, sering sekali dia menceritakan tentang mas Ippo, bahkan dia ingin sekali menjadi agen otak kanannya mas Ippo, *mungkiin, karena dia memang begitu otak kanan (sudah pernah saya tulis di blog ini juga) dan semuanya berawal dari ini dan semoga tidak salah.
Yap, tentang si boy (masalalu) awal ketemu ya semenjak kami satu kelas tapi nggak dari semester satu sih.
Meskipun satu kelas, awal-awalnya kami tidak saling mengenal bahkan jarang sekali bertegur sapa, seingat saya dia sering bertegur sapa ketika kami ujian Karena kebetulan NIM kami berdekatan, apa ini semua gara- gara NIM ya? *haha
Yap, sering menegur dan bertanya jawaban pada saat ujian, tapi jarang sekali saya memberitahukan jawaban saya kepada dia, karena saya merasa berdosa jika memberikan contekan pada saat ujian, sometimes enggak juga.
Bahkan dulu, ketika saya tidak memberikan jawaban kepada dia, dia marah dan sempat bilang saya ini nggak setia kawan, pelit, dan bla-bla-bla. Sempat juga sakit hati gara-gara perkataan dia yang kurang tertata, dan soal dia yang dulunya belum bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Soal setia kawan dan nggak ada batasan gender.
Dulu, sebenarnya kami dekat dalam arti sering curhat soal mas Ippo, soal bisnis, kuliah, tapi jarang bercerita tentang agama, kalau yang dibahas soal agama selalu diperdebatkan dan dihubungkan dengan rasionalitas, abstrak, dan realita hingga akhirnya berujung menang dan kalah.
Banyak cerita yang sudah saya tulis tentang dia sebelumnya, dia yang hobi kuliner, bajunya bermerk, makannya selalu di WS, dan kalau makan harus pakai sendok dan garpu, begitulah dia yang dulu yang saya kenal. Kalau masalah hati entahnya dia tidak pernah bercerita,  justru saya yang sering curhat soal hati dan laki-laki *hehe* semuanya pakai “dulu” ya? Pakai past tense
*nulisnya sambil ngopi*
Heemb, masih hafal sama bau parfum laundry yang sering dia pakai <----- salah satu yang bikin rindu aaaaaaaaak.
Berapa kali kami pernah makan bareng ataupun berdua saja, mengerjakan tugas bareng atau berdua saja, pernah dibonceng karena terpaksa padahal sudah menolak, yaa semuanya itu hanya lewat begitu saja kok, perlu dikenang tapi nggak perlu ditangisi kalau memang sudah berganti ya artinya ada yang mesti diperbaiki.
Soal dia dimata Sahabat-Sahabat Lainnya,
Ya mungkin bukan yang sesuatu, tapi pasti mereka juga merasa kehilangan si “boy” yang dulu, suka stand up comedy, suka tertawa, buat lelucon, kayak anak SMA, dan pastinya sebelum kenal saya dia jauh lebih berarti untuk sahabat-sahabat dia.
Entah saya harus minta maaf sama siapa, sudah membunuh jati diri si boy yang dulu, karena mereka hanya bisa ngejudge saya dari belakang, tanyakan sama ALLAH yang maha membola-balikan hati, kenapa dia bisa seperti ini.
Berubah Menjadi Lebih Baik ya Bagus dong?
Tapi soal jati diri dia yang hilang secara tiba-tiba dan secara drastis, mungkin itu yang membuat sebagian dari kami merasa kehilangan dia yang dulu, bahkan awalnya masih nyelow karena yang dia ikuti masih bisa kami terima dan nggak yang mentang-mentang, tapi entahnya dia yang sekarang memang sudah meninggalkan apa itu yang namanya sahabat, teman, internet, hubungan dengan kami bahkan sudah tidak seperti dulu lagi, komitmen dia di sebuah komunitas juga sudah mulai tidak dia jalankan dengan baik *miriis
Ya Allah, bagaimana hamba ini? pernah saya menangis dan memohon-mohon agar dia menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya namun tidak meninggalkan kami sebagai sahabat-sahabatnya, tetap menjadi si “boy” yang ngefriend. Namun, usaha memohon pun gagal juga, banyak saran yang saya berikan agar membaca sesuatu jangan mentahnya saja, khawatir banget kalau dia salah mengartikan sesuatu apalagi soal keyakinan.
Sering waktu dia masih semangat-semangatnya meraih cinta-Nya hingga berdebat masalah agama yang sebenarnya tidak boleh diperdebatkan.
Yang kami takutkan apa sih??, yaaa dia salah melangkah.
Terhitung bulan saja, dia sudah seperti tidak mengenal kami. Entah penilaian kami ini benar atau salah yang pasti itu yang ada dalam pikiran kami tentang dia. *menurutnya kami sudah suudzon
Mungkin Dia Sudah Menemukan Tuhannya, Lalu Melupakan Kami (Ngomong Kasarnya Begitu)
Apa sih yang kita cari di dunia ini selain kenyamanan hati kepada sang ilahi?
Heemb, tapi kita hidup bareng boy, kita punya keluarga, teman, sahabat, yang harus diberi ucapan terimakasih karena mereka juga berperan atas perubahan positifmu.
Kalau memang sekarang jalanmu sudah merasa yang paling benar, silahkan jalani semoga ridho ilahi selalu ada padamu, tapi jangan pernah sekali saja merasa yang paling baik, iman dan takwa hanya Allah yang tahu, Allah yang bisa menilai seberapa besarnya iman seseorang. Berterimakasihlah kepada semua orang yang telah menjadikanmu lebih baik dari kemarin ya temen ngaji, ya temen main, ya temen nongkrong, mungkin tanpa mereka kamu tidak akan pernah menemukan jalan ini.

Semuanya telah berubah, namun saya pun berterimaksih kepadamu yang telah membuat saya sendiri semakin malu, saya yang dulu berkata begitu dan begini yang seolah menganggap kamu nggak tahu apapun soal agama, kini kamu memang jauh lebih baik, tapi akan tidak menjadi baik kalau kamu tidak lagi mengenal kami. Wallohua’lam bishowab  *berusaha menjadi lebih baik juga*
Kalau saya yang telah membuat kamu berubah, harusnya bangga, namun saya tidak, karena kamu pergi begitu saja meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan, mampir tanpa permisi pergi tanpa pamit *sakiit* dan kamu begitu menikmati hidupmu yang bahagia sendiri karena sudah merasa dekat dengan-Nya membiarkan oranglain dengan prasangkanya,
 “semua karena khusnul”
Semuanya memang sudah berlalu, tapi masalah hati siapa yang tahu?
Kamu, hanya kenangan yang tidak indah tapi indah banget untuk dikenang. Terimakasih sudah pernah mampir dalam hidup saya dan membiarkan waktuku tersita untuk kamu (dulu). Sekarang ya hanya ucapan selamat tinggal kenangan masalalu *bye 

Latahzan Innallaha Ma’anaa
Wassalamualaikum




Tidak ada komentar:

Posting Komentar