Dialah laki-laki
yang sering saya panggil “boy”
Sudah lama ingin
menuliskan ini, namun belum menyempatkan, biasalah orang sibuk itu yaaa
gitu deeh, *sibuk tidur dan berimajinasi :P
Siapa dia? “si
boy” sedikit yang saya tahu soal dia dan masalalunya, yang pasti saya ikut
berperan dalam perubahannya yang kini tengah menjadi perbincangan teman-teman
terutama teman sekelas
*emot sesenggukan, mereka bilang ini karena sayaaaa
*aaaaaaakkkk
Mungkin ini bisa
menjadi pelajaran bagi siapapun yang ingin membaca tulisan ini. Selamat membaca *emot senyum 5 centi
Siapa yang nggak
kenal Ippo santoso? Mas Ippo yang menjadi salah satu pengusaha sukses berkat
kerja otak kanannya, sering mengadakan seminar-seminar hebat, namun saya
sendiri belum pernah mengikuti seminarnya, kata si Boy sih bagus tapi yaa mahal
banget pendaftarannya.
Dulu, sering
sekali dia menceritakan tentang mas Ippo, bahkan dia ingin sekali menjadi agen
otak kanannya mas Ippo, *mungkiin, karena dia memang begitu otak kanan (sudah
pernah saya tulis di blog ini juga) dan semuanya berawal dari ini dan semoga
tidak salah.
Yap, tentang si
boy (masalalu) awal ketemu ya semenjak kami satu kelas tapi nggak dari semester
satu sih.
Meskipun satu kelas, awal-awalnya kami tidak saling mengenal bahkan
jarang sekali bertegur sapa, seingat saya dia sering bertegur sapa ketika kami
ujian Karena kebetulan NIM kami berdekatan, apa ini semua gara- gara NIM ya?
*haha
Yap, sering
menegur dan bertanya jawaban pada saat ujian, tapi jarang sekali saya memberitahukan
jawaban saya kepada dia, karena saya merasa berdosa jika memberikan contekan
pada saat ujian, sometimes enggak
juga.
Bahkan dulu,
ketika saya tidak memberikan jawaban kepada dia, dia marah dan sempat bilang
saya ini nggak setia kawan, pelit, dan bla-bla-bla.
Sempat juga sakit hati gara-gara perkataan dia yang kurang tertata, dan soal
dia yang dulunya belum bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Soal
setia kawan dan nggak ada batasan gender.
Dulu, sebenarnya
kami dekat dalam arti sering curhat soal mas Ippo, soal bisnis, kuliah, tapi
jarang bercerita tentang agama, kalau yang dibahas soal agama selalu
diperdebatkan dan dihubungkan dengan rasionalitas, abstrak, dan realita hingga
akhirnya berujung menang dan kalah.
Banyak cerita
yang sudah saya tulis tentang dia sebelumnya, dia yang hobi kuliner, bajunya
bermerk, makannya selalu di WS, dan kalau makan harus pakai sendok dan garpu,
begitulah dia yang dulu yang saya kenal. Kalau masalah hati entahnya dia tidak
pernah bercerita, justru saya yang
sering curhat soal hati dan laki-laki *hehe* semuanya pakai “dulu” ya? Pakai past tense
*nulisnya sambil
ngopi*
Heemb, masih
hafal sama bau parfum laundry yang sering dia pakai <----- salah satu yang
bikin rindu aaaaaaaaak.
Berapa kali kami
pernah makan bareng ataupun berdua saja, mengerjakan tugas bareng atau berdua
saja, pernah dibonceng karena terpaksa padahal sudah menolak, yaa semuanya itu
hanya lewat begitu saja kok, perlu dikenang tapi nggak perlu ditangisi kalau
memang sudah berganti ya artinya ada yang mesti diperbaiki.
Soal dia dimata Sahabat-Sahabat Lainnya,
Ya mungkin bukan yang sesuatu, tapi pasti
mereka juga merasa kehilangan si “boy” yang dulu, suka stand up comedy, suka tertawa, buat lelucon, kayak anak SMA, dan
pastinya sebelum kenal saya dia jauh lebih berarti untuk sahabat-sahabat dia.
Entah saya harus
minta maaf sama siapa, sudah membunuh jati diri si boy yang dulu, karena mereka
hanya bisa ngejudge saya dari
belakang, tanyakan sama ALLAH yang maha membola-balikan hati, kenapa dia bisa
seperti ini.
Berubah Menjadi Lebih Baik ya Bagus dong?
Tapi soal jati
diri dia yang hilang secara tiba-tiba dan secara drastis, mungkin itu yang
membuat sebagian dari kami merasa kehilangan dia yang dulu, bahkan awalnya
masih nyelow karena yang dia ikuti
masih bisa kami terima dan nggak yang mentang-mentang,
tapi entahnya dia yang sekarang memang sudah meninggalkan apa itu yang namanya
sahabat, teman, internet, hubungan dengan kami bahkan sudah tidak seperti dulu
lagi, komitmen dia di sebuah komunitas juga sudah mulai tidak dia jalankan dengan
baik *miriis
Ya Allah,
bagaimana hamba ini? pernah saya menangis dan memohon-mohon agar dia menjadi
orang yang lebih baik dari sebelumnya namun tidak meninggalkan kami sebagai
sahabat-sahabatnya, tetap menjadi si “boy” yang ngefriend. Namun, usaha memohon pun gagal juga, banyak saran yang
saya berikan agar membaca sesuatu jangan mentahnya saja, khawatir banget kalau
dia salah mengartikan sesuatu apalagi soal keyakinan.
Sering waktu dia
masih semangat-semangatnya meraih cinta-Nya hingga berdebat masalah agama yang
sebenarnya tidak boleh diperdebatkan.
Yang kami
takutkan apa sih??, yaaa dia salah melangkah.
Terhitung bulan
saja, dia sudah seperti tidak mengenal kami. Entah penilaian kami ini benar
atau salah yang pasti itu yang ada dalam pikiran kami tentang dia. *menurutnya
kami sudah suudzon
Mungkin Dia Sudah Menemukan Tuhannya,
Lalu Melupakan Kami (Ngomong Kasarnya Begitu)
Apa sih yang
kita cari di dunia ini selain kenyamanan hati kepada sang ilahi?
Heemb, tapi kita
hidup bareng boy, kita punya keluarga, teman, sahabat, yang harus diberi ucapan
terimakasih karena mereka juga berperan atas perubahan positifmu.
Kalau memang
sekarang jalanmu sudah merasa yang paling benar, silahkan jalani semoga ridho
ilahi selalu ada padamu, tapi jangan pernah sekali saja merasa yang paling
baik, iman dan takwa hanya Allah yang tahu, Allah yang bisa menilai seberapa
besarnya iman seseorang. Berterimakasihlah kepada semua orang yang telah
menjadikanmu lebih baik dari kemarin ya temen ngaji, ya temen main, ya temen nongkrong, mungkin tanpa mereka kamu
tidak akan pernah menemukan jalan ini.
Semuanya telah
berubah, namun saya pun berterimaksih kepadamu yang telah membuat saya sendiri semakin
malu, saya yang dulu berkata begitu dan begini yang seolah menganggap kamu nggak
tahu apapun soal agama, kini kamu memang jauh lebih baik, tapi akan tidak
menjadi baik kalau kamu tidak lagi mengenal kami. Wallohua’lam bishowab *berusaha menjadi
lebih baik juga*
Kalau saya yang
telah membuat kamu berubah, harusnya bangga, namun saya tidak, karena kamu
pergi begitu saja meninggalkan kenangan yang sulit dilupakan, mampir tanpa
permisi pergi tanpa pamit *sakiit* dan kamu begitu menikmati hidupmu yang
bahagia sendiri karena sudah merasa dekat dengan-Nya membiarkan oranglain dengan
prasangkanya,
“semua karena khusnul”
Semuanya memang
sudah berlalu, tapi masalah hati siapa yang tahu?
Kamu, hanya
kenangan yang tidak indah tapi indah banget untuk dikenang. Terimakasih sudah pernah
mampir dalam hidup saya dan membiarkan waktuku tersita untuk kamu (dulu).
Sekarang ya hanya ucapan selamat tinggal kenangan masalalu *bye
Latahzan
Innallaha Ma’anaa
Wassalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar